Ini cerita tentang seorang pria yang terlalu mudah jatuh hati. Cerita tentang seorang pria yang masih terduduk lesu dengan secangkir susu hangat di samping laptopnya. Suasana disekitarnya sudah sangat sepi, seluruh karyawan sudah pulang duluan sejak pukul lima sore tadi. Kini hanya dirinya yang tersisa bersama dengan setumpuk pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum pulang.
Sunyi membuat malam terasa lebih panjang kali ini, hanya terdengar irama dari keyboard yang beradu dengan jari-jarinya yang sibuk mengetik, tak jarang sesekali deruan suara mobil dan motor yang lalu-lalang juga terdengar di balik jendela kantornya.
"Traak..." suara dari tombol Enter yang kali ini berbunyi paling
keras, namun ada hening yang panjang setelahnya. Irama ketikan yang sedari tadi
mengelitik telinga telah berhenti, menandakan pekerjaannya telah selesai.
Pria
itupun menggulung lengan bajunya, lalu mengambil cangkir yang sejak tadi
menyaksikan pantulan cahaya monitor yang menyinari wajah seriusnya saat sibuk
bekerja. Ia mulai menyeruput secangkir susu coklat yang kini mulai dingin, lalu
menyandarkan kepalanya ke kursi. Ia memutar kursinya 180 derajat, lalu kembali
menyuruput susu tersebut sembari memperhatikan sebuah kursi. Kursi seorang
wanita yang senyumannya berjuta-juta kali lebih manis dibanding susu dingin
ini. Senyuman itu juga yang membuat dia jatuh hati saat pertama kali
menginjakkan kaki di kantor ini, ditambah jabat tangan perkenalan yang membuat
getaran hebat di dada pria ini saat itu.
Enam bulan sudah sejak hari pertama itu. Hari dimana ia di pindah tugaskan
sementara ke kantor ini. Itu tandanya masih ada 6 bulan lagi untuk dirinya
kembali ke negara asalnya, kembali ke kantor lamanya, kembali ke sebuah
hangatnya pelukan wanita yang dikasihinya.
Pria ini termenung sejenak, memikirkan wanita yang kini jauh dari pelukannya. Ia pernah berjanji akan tetap setia dan akan menikahi wanita ini sepulangnya nanti. Tapi kenyataan berbeda, hatinya kini justru seolah ingin berlabuh kepelukan wanita yang biasanya duduk 3 meter dari meja kerjanya. Entah bagaimana bisa sebuah senyuman meruntuhkan sebuah komitmen. Hipnotis, mungkin.
Tapi begitulah kenyataannya, bukankah kita semua pernah jatuh hati hanya karna bertukar pandang, bertukar senyum dan berjabat tangan? Pria ini pun begitu, hanya kali ini sedikit berbeda. Keadaan selalu menjerumuskannya.
Keadaan menjerumuskannya kedalam hati wanita yang baru ia kenal selama Enam bulan dalam wujud sebagai partner kerja. Keadaan yang memaksa ia untuk terus berdua bersama wanita ini setiap harinya. Menghadapi klien, presentasi pekerjaan, makan siang dan dijodoh-jodohkan oleh teman sekantor adalah beberapa diantara keadaan yang membuat cinta semakin tumbuh diantara mereka berdua.
Tapi...
Keadaan jugalah yang menjerumuskan ia dalam pengkhianatan. Sesekali kebohongan kini telah bertumpuk menggunung, seiringan dengan cinta yang mulai memudar terhadap wanita yang kini jauh dari genggamannya. Dari genggaman yang selalu mendukungnya sampai sehebat sekarang.
Semakin dekat ia dengan yang jauh, maka semakin jauh ia dengan yang kini dekat. begitu pula dengan sebaliknya, semakin dekat ia dengan yang dekat, semakin jauh pula jarak dengan wanita yang kini jauh dari pelukannya.
Disaat sebuah cinta tumbuh hidup berkat keadaan, Cinta yang lain justru harus mati karna keadaan.
Pria ini pun menghentikan lamunannya, lalu mulai membereskan meja kerjanya, memasukkan beberapa lembar tumpukan kertas ke dalam tas sandangnya. Lalu mulai berjalan ke arah lift. Sesekali ia melihat kebelakang, memastikan laptop yang ia tinggalkan karna tas yang sudah penuh benar-benar sudah mati.
"Triing...", Suara lift memberi tahu bahwa ia sudah sampai di lobby. Suasana lobby kali ini terasa begitu mencekam, lampu sudah dimatikan seluruhnya. Hanya lampu liftlah yang menerangi jalannya menuju pintu keluar. Sesekali bulu romanya berdiri, membuatnya ingin berlari tapi tak bisa. Sama seperti ia ingin lari dari kenyataan, kenyataan yang paling ia benci. Kenyataan bahwa ia sama saja dengan ayahnya, sama-sama pengkhianat cinta. Ya, ayahnya mengkhianati ibunya lalu pergi begitu saja.
Ia berjalan menyusuri gang demi gang untuk sampai ke apartemen yang ia sewa. Tak jauh, hanya lima menit dengan berjalan kaki. sesekali Tokyo Tower terlihat menerangi langit. Dinginnya angin malam dan keadaan perut yang menahan lapar membuat badannya menggigil. Setelah melewati dua blok, ia pun memutuskan untuk masuk kedalam restaurant cepat saji. Lalu memesan sebuah Chese burger, segelas McFloat dan Mcflurry untuk menghilangkan dahaga akibat glukosa dari susu yang masih tersangkut di tenggorokan. Ia memilih untuk duduk di meja paling ujung, membuat kakinya melangkah sedikit lebih banyak. Padahal seluruh meja masih kosong, termasuk meja yang paling dekat dengan meja cashier.
Ia melahap burger tersebut sampai habis hanya dengan beberapa kali gigitan. Tapi tak sekalipun menyentuh minuman dan es krim yang ia pesan, padahal ia sudah hampir tersedak. Ia justru termenung memperhatikan dua gelas tersebut. Es krim dan minuman ini adalah kesukaan dua wanita yang kini ada di hatinya. Kekasihnya menyukai McFlurry, sedangkan teman sekantornya menyukai McFloat.
Ia bingung mana yang harus memilih yang mana, karna ini terasa seperti memilih mereka berdua. beberapa pertanyaan mulai timbul di benaknya. Apakah teman sekantornya ini hanya godaan? apakah hanya jarak yang mengikis perasaannya terhadap kekasihnya sedikit demi sedikit?
Dia hanya terdiam memikirkan jawabannya.
Beberapa saat kemudian ia mulai berdiri dan berjalan ke arah meja cashier, lalu memesan sebotol air mineral. Saat menunggu Cashier menghitung uang kembalian, pikirannya terbuka. Inilah langkah yang harus ia ambil. Ia harus jujur dan pergi meninggalkan kedua wanita ini, sama seperti ia yang lebih memilih air mineral dibanding Mcfloat dan McFlurry yang sudah lebih dulu ia pesan.
Ia berjalan cepat kearah tempat duduk yang ia tempati tadi. lalu mengambil handphone di saku kanannya. Lalu mulai menelpone seseorang.
"Halo, Ada apa? kenapa kamu menelphone pukul tiga pagi begini? Apa terjadi sesuatu?", kata wanita dibalik speaker telephone sedikit histeris.
"Ada yang ingin saya katakan, maaf saya lupa kalau disana sudah pukul tiga pagi"
"Ada apa?"
"Saya sudah mengkhianati kamu beberapa bulan ini, dan saya lelah terus-terusan berbohong, saya ingin meninggalkan kamu dan wanita lain yang membuat saya seperti ini. Saya minta maaf"
"Apa kamu bilang??!!" kata wanita tersebut dengan nada lebih tinggi kali ini.
"Kita sudah tak seperti dulu, yang kita lakukan hanya bertengkar setiap kali rindu pudar. Saya minta maaf meskipun saya tahu itu tidak akan cukup, ambillah uang tabungan pernikahan kita. pergilah perawatan, berdandanlah yang cantik dan carilah pria yang baik diluar sana, maaf mungkin tidak akan cukup tapi saya harap kamu mengerti"
"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya wanita tersebut sedikit terisak.
"Saya juga tak mengerti, kamu tahu saya benci akan hal ini tapi saya tak mengerti kenapa saya bisa seperti ini, yang jelas saya hanya ingin menyelesaikan semua ini. saya yang memulainya dan saya yang harus pergi"
"Jadi hanya seperti ini? hanya itu yang akan kamu lakukan?", tanya si wanita
"Yaa, apalagi yang kamu harapkan dari pria seperti saya?"
"Yaa aku mengerti, tapi mungkin tak bisa memaafkan kamu secepat ini. Kejarlah apa yang kamu cari, kejarlah apa yang membuat kamu bahagia" kata wanita itu dengan tangisan yang mulai pecah kali ini.
"tuuut.. tuuut.... tuuttt...", telepon terputus.
Pria itupun meltakkan handphonenya di atas meja. Lalu menutup mukanya dengan kedua tangannya, menahan air mata yang akan jatuh karna malam yang panjang ini.
Tiba-tiba ada suara langkah kaki mendekat.
"Maaf tuan, sebentar lagi kami akan tutup. bolehkah saya membersihkan sebagian meja tuan?" Suara seorang wanita mengagetkan pria tersebut.
"Yaa silahkan..." kata si pria tersebut dalam keadaan masih menutup mukanya.
Langkah wanita tersebut mulai terdengar sesaat setelah membereskan beberapa tempat makanan ke atas nampan. kini hanya tersisa minuman dan es krim yang mulai meleleh di atas meja.
"Tunggu" kata si pria melepaskan kedua telapak tangan dari mukanya.
"Iyaa tuan..." kata si pelayan.
"Bisakah kamu menghabiskan dua minuman ini? saya sudah sangat kenyang" kata si pria tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya, takut matanya yang berkaca-kaca terlihat.
"Tapi tuan..."
"Saya mohoon..." kata si pria sambil menoleh ke arah pelayan.
"Baiklah" kata si pelayan dihiasi senyuman yang menawan. Saking menawannya si pria yang mudah jatuh hati inipun tersentak dan berpikir...
"Apakah wanita ini adalah air mineral yang tadi saya pilih?"
Note : Terinspirasi dari Dara Prayoga.
Yah, cinta di awal pandangan pertama dan sayang dipandangan berikutnya....
BalasHapusHmm....
Manusia memang nggak ada puasnya kok yaa :))
Naah itu dia, kadang kita lupa Mana suka Mana cinta
HapusModel-modelnya kayak Dara prayoga banget ya :D eh, pas diakhir, bener terinspirasi dari dara prayoga :)) keren sih :")
BalasHapusMudah jatuh cinta mah gitu, cinta sama orang baru, orang lama, ilang deh.
Aduh jangan sampe kek gitu orang lama di lupain :'D
HapusWaaah jangan sampe gitu jugalah mas, selagi bisa dicegah yaa harus dicegah haha
HapusPerasaan Cinta yang memudar akibat LDR nih ceritanya
BalasHapus*Mudah-mudahan Icha gak baca ini Nyahaha :D
Chisanak, aku suka film thriller loh. Main film itu yuk. Aku jadi psikopatnya, kamu jadi korbannya. :)))))
HapusAsik diajakin main film bareng Nyahaha :D
HapusAyo Cha, lagian cuma film doang.
Berani bayar berapa emang?
Tapi adegan per adegannya beneran. Darahnya keluar beneran. :D
HapusIya gpp Cha, berani bayar berapa emang??
HapusSoal darah mah gampang, bisa diganti sama darah sapi beneran :p
Udah Jangan berantem nanti blog gue diblokir gara2 kasus perencanaan pembunuhan lagii
HapusBackup dulu blog'a ntar beneran kena suspend lagi blog'a :v
Hapushemm
BalasHapusJatuh cinta sama teman kerja? Jangan sampe deh, yang disana kayak gitu. :(
BalasHapusCowok yang mudah jatuh cinta itu imannya nggak kuat. :(
WASPADALAH !!!
HapusWASPADALAH !!!
WASPADALAH !!!
WAHAI KAUM LDR
Inget Cha slogan KB
"Dua Istri Lebih Baik" Nyahaha
DUA ANAK LEBIH BAIK, CHISANAK. :(
HapusUdah diganti slogan'a Cha :D
HapusTetep aja yang selalu ada akan kalah sama yg jauh, dikit demi sedikit pertahanan iman bakal runtuh Karna pemikiran realistis cha hahahahaha
HapusKebaik oi Jov
HapusYang jauh akhirnya akan kalah saya yang selalu ada
Sama ajaa itumah :'''''')))
HapusDuuuh ngena Jov.
BalasHapusBukan masalah jarak jauh ataupun dekat. Tapi masalah sekuat apa kita bertahan pada satu cinta.
HASEEEK
Kereen ih. Syukaaa~ :))
Naah bener nihh ....
HapusThanks next time banal nyoba2 lagi deh nulis kaya gini hehehe
Etdah, mudah jatuh cinta banget. Sampe lagi bingung dengan keduanya, eh milih beneran yang di depan mata, pegawai mekdi yang.... pegawainya cowok apa cewek, jov? *kabur*
BalasHapusTulisan ini bagus. Gue nyaman baca dan penasaran sampai akhir. Unpredictable.
Lanjutgaan, jov!
hmm... terlalu mudah jatuh hati, terlalu mudah patah hati. ini dara prayoga yang mana? analogi 2 cinta ya?
BalasHapusBaca ini jadi gimana gitu ya.. LDR emang rawan dan sering berakhir tragis..
BalasHapusBiasanya orang yang gampang jatuh hati juga orang yang gampang melepas.. intinya gampang gonta ganti.. ckckk
Kalo aku suka nya jatuh body tanpa hati #laludigampar
BalasHapus